Kertas didefinisikan
sebagai bahan yang rata dan tipis. Kertas dihasilkan dari bubur kertas atau
pulp melalui kompresi serat. Pada serat kertas alami mengandung hemiselulosa
dan selulosa. Setelah menjadi lembaran rata dan tipis, kertas kemudian
diaplikasikan untuk berbagai keperluan mulai dari alat untuk menulis, mencetak
buku, kotak karton, kemasan sampai untuk pembesih atau tissue. Tentu saja dalam
perkembangannya, kertas ini juga dimanfaatkan lebih luas lagi.
Dalam dunia
tulis-menulis dan melukis sendiri kehadiran teknologi penghasil kertas
merupakan satu lompatan sangat hebat, bahkan boleh dikatakan sebagai revolusi
dalam peradaban manusia secara sesungguhnya. Dalam peradaban kuno, bangsa
Sumeria memang telah mengenal kertas dengan menggunakan teknologi tanah lempung
yang dibakar. Dalam perkembangan selanjutnya di nusantara sendiri telah
ditemukan prasasti yang menggunakan daun lantar yang sebenarnya fungsinya
sebagai alat tulis sama seperti kertas.
Sejatinya,
perkembangan era digital mengurangi jumlah penggunaan kertas karena jumlah buku
yang diterbitkan semakin minim. Namun, faktanya tidak demikian. Justru, banyak
bermunculan surat kabar baru dan penerbit-penerbit baru yang berorientasi ke
daerah-daerah, bukan lagi ke kota-kota besar. Hal ini tentu saja berita gembira
bagi pebisnis industri kertas sekaligus
ancaman serius bagi global warming karena suburnya penebangan
hutan.
Dalam peradaban Mesir
Kuno, telah dikenal budaya menulis yang menggunakan media papirus. Penggunaan
papirus sendiri telah dikenal sejak jaman Firaun, kemudian dibawa oleh
bangsalain menyebar ke seluruh timur tengah. Bahkan dalam sebuah catatan
dijelaskan penggunaan papirus yang berasal dari peradaban Mesir Kuno ini dibawa
pula ke Romawi hingga ke eropa. Namun tentu saja penggunaan papirus sebagai
media tulis saat itu tidak dipergunakan secara luas mengingat harganya yang
masih mahal, bahkan bisa dikatakan sangat mahal.
Dari sisi ilmu bahasa,
kata paper dalam bahasa Inggris, papel dalam bahasa Spanyol atau papierdalam
bahasa Prancis, Jerman dan Belanda, semua merujuk kepada media tulis yang
artinya kertas. Kata paper sendiri berasal dari kata papirus untuk jenis yang
sama yang telah dipergunakan dalam peradaban Mesir Kuno tadi.
Untuk sementara
keperluan media tulis di dunia masih menggunakan papirus untuk berbagai
keperluan, sebelum akhirnya Tsai Lun dari China, menemukan bahan kertas yang
memanfaatkan serat bambu. Bambu memang termasuk tanaman yang mudah ditemukan di
China, sehingga penemuan Tsai Lun pada tahun 101 Masehi ini dengan cepat bisa
diaplikasikan untuk berbagai keperluan, tidak terbatas sebagai media tulis
semata. Dari peradaban China inilah teknologi pembuatan kertas dari serat bambu
ini menyebar ke Korea dan Jepang. Sekalipun pada awalnya teknologi pembuatan
kertas dari serat bambu ini sanga dirahasikan, namun seiring migrasi bangsa
China ke berbagai penjuru dunia termasuk ke wilayah nusantara, pada akhirnya
menjadi tersebar dan berkembang.
Teknologi pembuatan
kertas dari serat bambu ini akhirnya jatuh ke tangah orang Arab terutama pada
masa Abbasiah. Salah satu faktor tersebarnya teknologi pembuatan kertas ke
tangan orang Arab adalah pada saat Dinasti Tang bertempur melawan bangsa Arab
pada tahun 751 Masehi yang kemudian dikenal dengan Pertempuran Talas. Dampak
dari pertempuran tersebut banyak prajurit China yang menjadi tawanan perang,
dan mereka kemudian mengajarkan bagaimana membuat kertas dari serat bambu. Pada
masa Dinasti Abbasiyah tersebut dengan cepat pabrik kertas berdiri di Samarkand
dan Bagdag. Dari timur tengah inilah kemudian teknologi pembuatan kertas dari
serat bambu ini menyebar ke Spanyol, Italia, India, terutama hal itu terjadi
setelah pecahnya Perang Salib.
Jenis Kertas Offset Printing
HVS.
Art atau matt paper.
Art karton.
Duplex.
CWB.
Ivory.
Samson kraft.
BW atau BC.
Linen Jepang.
Concord.
Jasmine.
Corugated.
Ketua Asosiasi Pulp
dan Kertas Indonesia (APKI), Muhammad Mansyur, berkata kepada kompas.com, “Indonesia
berpotensi menjadi tiga besar dalam industri pulp dan kertas. Produksi pulp dan
kertas di Tanah Air diuntungkan oleh berbagai kondisi alam dan geografis di
khatulistiwa yang rata-rata memiliki pepohonan yang tumbuh tiga kali lebih
cepat dibanding negara-negara di daerah dingin. Indonesia berada di
tengah-tengah Asia yang sedang berkembang menjadi raksasa ekonomi baru dan
tersedianya hutan luas sebagai sumber bahan baku. Saat ini, Indonesia memiliki
kapasitas pulp sebesar delapan juta ton per tahun.”
Sementara itu, menurut
Mendag Mari Elka Pangestu dalam Asia Pacific Resources International Limited
(APRIL), “Industri kertas bersifat padat karya (labour intensive) sangat
penting. Menyerap tenaga kerja lebih dari 200.000 orang.” Dan sepertinya hal
ini akan segera diwujudkan secara besar-besaran. Dampaknya memang bisa menyerap
banyak tenaga kerja, namun dalam saat yang bersamaa akan terjadi penebangan
pohon besar-besar sehingga akan mengganggu populasi kayu di hutan-hutan
Indonesia. Dampak lebih luasnya tentu saja memberi sumbangan yang berarti
terhadap global warming.
Dampak Sosial Berdirinya Pabrik Kertas
Teknologi modern dalam
pembuatan kertas dengan menggunakan mesin bergerak, pertama kali ditemukan oleh
Nicholas Louis Robert pada tahun 1799. Kemudian mesin ini diperbaiki oleh John
Dickinson tahun 1809 sehingga mampu meningkatkan kapasitas produksi dari mesin
ciptaan Nicholas Louis Robert. Dengan menggunakan mesin yang sama hasil ciptaan
Nicholas, pada tahun 1927 ditemukan sistem steam cylinder dan mulai
diaplikasikan di pabrik kertas Amerika.
Dengan semakin
berkembangnya teknologi industri kertas yang menggunakan pulp, memberi lompatan
besar dalam produksi kertas dan aplikasikannya. Namun demikian perkembangan
industri kertas yang terus berkembang pesat tersebut diiringi pula oleh dampak
buruknya. Beberapa hal buruk yang muncul seiring dengan semakin berkembang
pesatnya industri kertas adalah sebagai berikut :
Berkurangnya lahan
milik masyarakat diganti oleh industri kertas. Lahan milik masyarakat ini
awalnya dipergunakan untuk menggarap sawah kemudian berubah menjadi lahan hutan
kayu produktif yang salah satu tujuannya adalah menyediakan bahan baku untuk
pulp.
Ekonomi sosial di
tingkat daerah berubah dari pengelolaan hutan menjadi eksploitasi hutan alam.
Tentu saja bila tidak diiringi dengan penanaman hutan kembali secara
menyeluruh, akan muncul dampak buruk tambahan seperti munculnya lahan gundul,
kekeringan makin panjang dan tentu saja yang tidak bisa diabaikan adalah global
warming.
Ancaman kesehatan
kimiawi berbahaya dalam proses industri pabrik kertas seperti saat pembuatan
pemutih kertas (bleaching) dan proses bubur kertas (pulp).
Kendatipun pengusaha
industri sudah mengantongi izin penebangan hutan, sudah selayaknya pengusaha
berbuat yang terbaik untuk membangun ekologi dan ekosistem yang lebih baik.
Bisnis kertas dimulai dari selembar kertas dan sangat
menggiurkan karena banyak dipakai sebagai media atau bahan utama untuk menulis,
mencetak, melukis, surat berharga, kuitansi, lembar soal ujian, tisu, dan
berkas-berkas berharga lainnya yang memerlukan bukti tertulis, seperti akad
perjanjian nikah atau beli tanah. Teknologi digital tidak (belum) dapat
menggantikan kertas sebagai alat sah pembayaran. Bahkan, uang yang kita pakai
sehari-hari pun masih kertas, bukan digital. Apalagi, virtual.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar