Kamis, 24 Januari 2013

tugas 9 pengantar lingkungan (Industri kertas dimulai dari selembar kertas)



Kertas didefinisikan sebagai bahan yang rata dan tipis. Kertas dihasilkan dari bubur kertas atau pulp melalui kompresi serat. Pada serat kertas alami mengandung hemiselulosa dan selulosa. Setelah menjadi lembaran rata dan tipis, kertas kemudian diaplikasikan untuk berbagai keperluan mulai dari alat untuk menulis, mencetak buku, kotak karton, kemasan sampai untuk pembesih atau tissue. Tentu saja dalam perkembangannya, kertas ini juga dimanfaatkan lebih luas lagi.
Dalam dunia tulis-menulis dan melukis sendiri kehadiran teknologi penghasil kertas merupakan satu lompatan sangat hebat, bahkan boleh dikatakan sebagai revolusi dalam peradaban manusia secara sesungguhnya. Dalam peradaban kuno, bangsa Sumeria memang telah mengenal kertas dengan menggunakan teknologi tanah lempung yang dibakar. Dalam perkembangan selanjutnya di nusantara sendiri telah ditemukan prasasti yang menggunakan daun lantar yang sebenarnya fungsinya sebagai alat tulis sama seperti kertas.
Sejatinya, perkembangan era digital mengurangi jumlah penggunaan kertas karena jumlah buku yang diterbitkan semakin minim. Namun, faktanya tidak demikian. Justru, banyak bermunculan surat kabar baru dan penerbit-penerbit baru yang berorientasi ke daerah-daerah, bukan lagi ke kota-kota besar. Hal ini tentu saja berita gembira bagi pebisnis industri kertas sekaligus ancaman serius bagi global warming karena suburnya penebangan hutan.
Dalam peradaban Mesir Kuno, telah dikenal budaya menulis yang menggunakan media papirus. Penggunaan papirus sendiri telah dikenal sejak jaman Firaun, kemudian dibawa oleh bangsalain menyebar ke seluruh timur tengah. Bahkan dalam sebuah catatan dijelaskan penggunaan papirus yang berasal dari peradaban Mesir Kuno ini dibawa pula ke Romawi hingga ke eropa. Namun tentu saja penggunaan papirus sebagai media tulis saat itu tidak dipergunakan secara luas mengingat harganya yang masih mahal, bahkan bisa dikatakan sangat mahal.
Dari sisi ilmu bahasa, kata paper dalam bahasa Inggris, papel dalam bahasa Spanyol atau papierdalam bahasa Prancis, Jerman dan Belanda, semua merujuk kepada media tulis yang artinya kertas. Kata paper sendiri berasal dari kata papirus untuk jenis yang sama yang telah dipergunakan dalam peradaban Mesir Kuno tadi.
Untuk sementara keperluan media tulis di dunia masih menggunakan papirus untuk berbagai keperluan, sebelum akhirnya Tsai Lun dari China, menemukan bahan kertas yang memanfaatkan serat bambu. Bambu memang termasuk tanaman yang mudah ditemukan di China, sehingga penemuan Tsai Lun pada tahun 101 Masehi ini dengan cepat bisa diaplikasikan untuk berbagai keperluan, tidak terbatas sebagai media tulis semata. Dari peradaban China inilah teknologi pembuatan kertas dari serat bambu ini menyebar ke Korea dan Jepang. Sekalipun pada awalnya teknologi pembuatan kertas dari serat bambu ini sanga dirahasikan, namun seiring migrasi bangsa China ke berbagai penjuru dunia termasuk ke wilayah nusantara, pada akhirnya menjadi tersebar dan berkembang.
Teknologi pembuatan kertas dari serat bambu ini akhirnya jatuh ke tangah orang Arab terutama pada masa Abbasiah. Salah satu faktor tersebarnya teknologi pembuatan kertas ke tangan orang Arab adalah pada saat Dinasti Tang bertempur melawan bangsa Arab pada tahun 751 Masehi yang kemudian dikenal dengan Pertempuran Talas. Dampak dari pertempuran tersebut banyak prajurit China yang menjadi tawanan perang, dan mereka kemudian mengajarkan bagaimana membuat kertas dari serat bambu. Pada masa Dinasti Abbasiyah tersebut dengan cepat pabrik kertas berdiri di Samarkand dan Bagdag. Dari timur tengah inilah kemudian teknologi pembuatan kertas dari serat bambu ini menyebar ke Spanyol, Italia, India, terutama hal itu terjadi setelah pecahnya Perang Salib.
Jenis Kertas Offset Printing
HVS.
Art atau matt paper.
Art karton.
Duplex.
CWB.
Ivory.
Samson kraft.
BW atau BC.
Linen Jepang.
Concord.
Jasmine.
Corugated.
Ketua Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI), Muhammad Mansyur, berkata kepada kompas.com, Indonesia berpotensi menjadi tiga besar dalam industri pulp dan kertas. Produksi pulp dan kertas di Tanah Air diuntungkan oleh berbagai kondisi alam dan geografis di khatulistiwa yang rata-rata memiliki pepohonan yang tumbuh tiga kali lebih cepat dibanding negara-negara di daerah dingin. Indonesia berada di tengah-tengah Asia yang sedang berkembang menjadi raksasa ekonomi baru dan tersedianya hutan luas sebagai sumber bahan baku. Saat ini, Indonesia memiliki kapasitas pulp sebesar delapan juta ton per tahun.”
Sementara itu, menurut Mendag Mari Elka Pangestu dalam Asia Pacific Resources International Limited (APRIL), “Industri kertas bersifat padat karya (labour intensive) sangat penting. Menyerap tenaga kerja lebih dari 200.000 orang.” Dan sepertinya hal ini akan segera diwujudkan secara besar-besaran. Dampaknya memang bisa menyerap banyak tenaga kerja, namun dalam saat yang bersamaa akan terjadi penebangan pohon besar-besar sehingga akan mengganggu populasi kayu di hutan-hutan Indonesia. Dampak lebih luasnya tentu saja memberi sumbangan yang berarti terhadap global warming.
Dampak Sosial Berdirinya Pabrik Kertas
Teknologi modern dalam pembuatan kertas dengan menggunakan mesin bergerak, pertama kali ditemukan oleh Nicholas Louis Robert pada tahun 1799. Kemudian mesin ini diperbaiki oleh John Dickinson tahun 1809 sehingga mampu meningkatkan kapasitas produksi dari mesin ciptaan Nicholas Louis Robert. Dengan menggunakan mesin yang sama hasil ciptaan Nicholas, pada tahun 1927 ditemukan sistem steam cylinder dan mulai diaplikasikan di pabrik kertas Amerika.
Dengan semakin berkembangnya teknologi industri kertas yang menggunakan pulp, memberi lompatan besar dalam produksi kertas dan aplikasikannya. Namun demikian perkembangan industri kertas yang terus berkembang pesat tersebut diiringi pula oleh dampak buruknya. Beberapa hal buruk yang muncul seiring dengan semakin berkembang pesatnya industri kertas adalah sebagai berikut :
Berkurangnya lahan milik masyarakat diganti oleh industri kertas. Lahan milik masyarakat ini awalnya dipergunakan untuk menggarap sawah kemudian berubah menjadi lahan hutan kayu produktif yang salah satu tujuannya adalah menyediakan bahan baku untuk pulp.
Ekonomi sosial di tingkat daerah berubah dari pengelolaan hutan menjadi eksploitasi hutan alam. Tentu saja bila tidak diiringi dengan penanaman hutan kembali secara menyeluruh, akan muncul dampak buruk tambahan seperti munculnya lahan gundul, kekeringan makin panjang dan tentu saja yang tidak bisa diabaikan adalah global warming.
Ancaman kesehatan kimiawi berbahaya dalam proses industri pabrik kertas seperti saat pembuatan pemutih kertas (bleaching) dan proses bubur kertas (pulp).
Kendatipun pengusaha industri sudah mengantongi izin penebangan hutan, sudah selayaknya pengusaha berbuat yang terbaik untuk membangun ekologi dan ekosistem yang lebih baik.
Bisnis kertas dimulai dari selembar kertas dan sangat menggiurkan karena banyak dipakai sebagai media atau bahan utama untuk menulis, mencetak, melukis, surat berharga, kuitansi, lembar soal ujian, tisu, dan berkas-berkas berharga lainnya yang memerlukan bukti tertulis, seperti akad perjanjian nikah atau beli tanah. Teknologi digital tidak (belum) dapat menggantikan kertas sebagai alat sah pembayaran. Bahkan, uang yang kita pakai sehari-hari pun masih kertas, bukan digital. Apalagi, virtual.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar